Saturday, April 9, 2016

MAKALAH PENANAMAN NILAI KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE ROLE PLAYING





 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang masalah
Merujuk pada sebuah pepatah yang menyatakan “Kejujuran bagaikan emas permata bagi kehidupan”, maka menanamkan sikap jujur pada setiap anak/individu adalah mutlak diperlukan. Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bila suatu keluarga, lembaga, organisasi bahkan Negara sekalipun bila dihiasi perilaku jujur oleh para anggotanya/warganya maka akan menghasilkan suatu kehidupan yang aman, tentram, adil dan endingnya tercipta suatu kehidupan yang sejahtera bahagia untuk semuanya.
Jika kita semua berprilaku jujur maka akan menjadikan kita sebagai manusia yang amanah baik “amanatum minallah” ataupun amanatum minannas juga akan menghapus atau paling tidak mengurangi prasangka buruk diantara kita baik sebagai bagian dari kehidupan keluarga, lembaga sosial, organisasi  maupun sebagai bagian kehidupan berbangsa dan bernegara. Berkata tentang kejujuran memang mudah tapi berperilaku jujur memerlukan adanya suatu proses panjang. Perlu adanya proses internalisasi yang berkesinambungan. Berbagai cara dan upaya telah dilakukan untuk menanamkan sikap jujur, baik oleh lembaga keluarga, pemerintah maupun lembaga masyarakat.
Salah satu cara yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan diterapkannya kantin kejujuran di lembaga-lembaga sekolah. Kantin kejujuran tersebut bertujuan untuk melatih kejujuran para siswa dalam membayar makanan yang mereka ambil, yang kemudian hal ini menjadi salah satu indikator dalam menilai kejujuran dari siswa sekolah. Kejujuran yang telah ditanamkan sejak dini tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan dewasa para siswa tersebut.  Diharapkan kedepannya mereka tetap menjunjung tinggi kejujuran, sehingga terhindar dari tindakan korupsi.  Telah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia telah lama dilanda krisis moral yang mengakibatkan kebohongan menjadi hal biasa, termasuk pemerintahan Indonesia dalam melakukan korupsi.
Korupsi memang dari dulu hingga sekarang menjadi musuh terbesar dalam kehidupan di Indonesia, terutama kehidupan pemerintahan di Indonesia.  Salah satu cara untuk mengurangi tindakan korupsi bagi generasi muda Indonesia, maka salah satunya dapat dengan menggunakan media pembelajaran role playing.  Sebagai contoh dari role playing yang mudah untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi siswa SD yang merupakan obyek karya tulis  ini adalah dengan tema kantin kejujuran.
Di dalam role playing ini para siswa SD, akan bermain peran (drama) dengan mengusung tema kantin kejujuran.   Dalam drama tersebut, nilai-nilai kejujuran dan kontrol diri menjadi fokus dan inti cerita dari role playing ini.  Selain itu, diharapkan agar para siswa dapat memahami secara utuh dan mendalam akan arti pentingnya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, melalui pesan tersirat yang ada di dalam role playing.
Diharapkan, di masa yang akan datang melalui media pembelajaran role playing dengan tema Kantin Kejujuran ini akan lebih efektif dan efisien dalam pembentukan karakter (sikap dan perilaku) siswa  sebagai generasi penerus dan pengganti para generasi sekarang yang sedang memimpin menjalankan tugas kelembagaan baik dalam lingkup lembaga keluarga, lembaga pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat khususnya sikap anti korupsi.

1.2  Rumusan Masa
 1. Bagaimanakah penanaman nilai kejujuran dalam  pembelajaran PKn melalui metode role              playing pada siswa Sekolah Dasar?


1.3  Tujuan
           1.  Untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai kejujuran dalam  pembelajaran PKn melalui                metode role playing pada siswa Sekolah Dasar.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Hakikat Kejujuran
Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan, termasuk isyarat tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa termasuk bagian dari ungkapan kejujuran.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya).
Ada 3 tingkatan kejujuran diantaranya:
      1)      Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
      2)      Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
  3)     Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya hanya           untuk Allah.
           Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita melihat bahkan juga ikut terlibat dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: dapat kita lihat pada kegiatan belajar disekolah. Siswa yang duduk dibangku sekolah dasar, sering mengalami kesulitan dalam menerapkan sikap jujur ketika proses belajar berlangsung. Terkadang mereka terlihat bertingkah laku dengan jujur, tapi tanpa kita sadari ketika materi yang diberikan oleh guru bidang studi belum dapat dipahami, mereka menyembunyikan hal itu. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka telah memahami materi tersebut. Hal ini dengan sendirinya akan mengajak mereka untuk berbuat tidak jujur terhadap mata pelajaran yang mereka pelajari.


2.2         Metode Role Playing
Metode Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

2.2.1 Tujuan pembelajaran Role Playing.
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
(a) Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak
(b)  Melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis
(c) Melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

2.2.2 Manfaat Metode Role Playing
Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah:
1)  Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar    menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
2)       Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3)    Role playing dapat memberikan murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah  permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia siswa.  Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter,2000:12)

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Role Playing
A. Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1)      Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2)   Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu   yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4)  Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5)      Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias.
6)  Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7)  Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
8)  Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
B. Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1)      Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2)     Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3)     Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4)    Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

2.3         Penanaman nilai Kejujuran Melalui Metode Role Playing
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran (Role Playing)  meliputi:

  1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.

  1. Memilih peran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.

  1. Menyusun tahap-tahap peran
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. 

  1. Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.

  1. Pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.

  1. Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.

  1. Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.

  1. Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.

  1. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.

Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.
 Pembelajaran metode Role playing adalah menanamkan nilai kejujuran dan kontrol sosial dalam pembelajaran ini. Pada Pembelajaran ini anak-anak usia sekolah dasar dikenalkan apa itu kejujuran dan kontrol diri. Pengenalan itu berupa apa arti kejujuran, kemudian kalau tidak jujur akan mendapatkan sanksi. Sanksi ini dikenalkan dari pengadilan dan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari pengenalan itu siswa akan paham tentang kejujuran dan kontrol diri.
Guru harus menjelaskan dulu teknik metode ini secara jelas kepada siswa yang akan melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik atau pokok bahasan yang komprehensif yang dapat didramatisasikan. Melalui latihan yang baik dan teratur, pokok bahasan ini dapat dilakonkan di muka kelas. Dengan cara ini, minat dan perhatian murid terhadap pelajaran yang terlalu kaku dan menjemukan, dapat disegarkan kembali melalui metode ini. Dalam pembelajaran ini, metode Role Playing difokuskan pada tema “ kantin Kejujuran”.  Alasan mengapa memilih penerapan Role Playing ini karena banyak sekali keuntungan menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) dari penggunaan metode Role Playing untuk :
1)      Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
2)      Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
3)      Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
4)      Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
5)      Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
6)      Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
7)     Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah kontroversial dengan cara yang realistis.
8)      Berguna untuk mengubah sikap.

Dari dasar tersebut dalam pembentukan karakter kejujuran dan kontrol diri dapat mengkombinasikan penggunaan Penerapan Metode Role playing. Kenapa memilih memerankan “ Kantin Kejujuran?” Dalam hal ini alasan mengapa memilih kantin kejujuran adalah pembelajaran kejujuran. Kantin kejujuran adalah berjualan barang-barang namun di dalam tempat itu tidak dijaga oleh penjaga dan proses pembayaran dilakukan tanpa pengawasan orang lain. Maka jelas yang menjadi point utama adalah kejujuran dan kontrol diri.
Memilih tema “kantin kejujuran “sebagai tema untuk metode Role Playing, karena tema drama ini sangat mudah di visualisasikan, penulis menentukan tema ini  dengan pertimbangan tema ini cocok untuk usia sekolah dasar. Dalam drama  “kantin kejujuran” ini siswa dikondisikan sebagai pembeli dan penjual. Penjual hanya menitipkan barang dagangannya di kantin tersebut dan menyediakan tempat untuk meletakkan uang. Pembeli membayar sesuai dengan barang yang dibeli. Namun dalam cerita ini ada penyimpangan-pennyimpangan yaitu siswa banyak yang tidak membayar. Akibatnya penjual tersebut mengalami kerugian dan pembelinya yang tidak jujur di laporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggungjawab di sekolah.
Dari penjabaran singkat cerita ini bisa diibaratkan bahwa siapa yang tidak jujur dan tidak memiliki sikap kontrol diri yang kuat akan mendapatkan hukuman berupa dari pihak berwajib dan nama baiknya menjadi jelek serta dijauhi oleh teman karena orang tidak jujur dan tukang maling pasti dijauhi karena takut dimaling. Kemudian bisa diibaratkan juga orang yang berjualan itu ialah uang fasilitas negara atau fasilitas umum dimana ketika kita ingin mendapatkan fasilitas itu perlu membayar. Namun kalau tidak membayar atau menggunakan fasilitas itu dengan atas nama pribadi,  itu sama saja korupsi yang dilakukan oleh elit politik kita.
Jadi dalam makalah ini menitik beratkan bahwa pendidikan anti korupsi dapat dilakukan dengan pembelajaran tentang kejujuran dan kontrol diri. Dua  karakter ini merupakan pokok karakter yang menjadi pengontrol hawa nafsu kita untuk tidak korupsi. Elit politik melakukan korupsi karena kontrol diri yang lemah dan adanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Kotrol diri dapat dialtih dengan cara penanaman karakter jujur dan kontrol diri. Penanaman karakter ini juga dapat digali dari penerapan metode pembelajran yang siswa itu berperan aktiv dalam penanaman karakter. Maka dengan metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “ tersebut.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Penanaman nilai kejujuran dalam pembelajaran pkn melalui metode role playing pada siswa sekolah dasar dilakukan dengan lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.
 Maka dengan metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “ .


3.2  Saran
Model pembelajaran role playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam rangka pembelajaran PKn bagi peserta didik. Selain itu, model pembelajaran ini bisa digunakan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan model pembelajaran role playing ini sebagai model pembelajaran alternatif yang layak dikembangkan untuk mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di sekolah.





DAFTAR PUSTAKA

Maulida, Hilda. 2015. Menumbuhkan Nilai-Nilai Kejujuran Siswa. Serial Online. [http://maulidahilda.blogspot.co.id/2015/06/menumbuhkannilai-nilai-kejujuran-siswa.html?m=1] diakses pada 09 Desember 2015.
Kyeopta,  Nunung. 2012. Penerapan Role Playing Dengan Tema Kantin Kejujuran. Serial Online. [http://nunung-kyeopta.blogspot.co.id/2012/05/role-playing-kantin-kejujuran-sebagai.html] diakses pada 09 Desember 2015.
Hidayat, Arif. 2013. Role Playing Metode Pembelajaran Inovatif. Serial Online. [http://basicartikel.blogspot.co.id/2013/06/role-playing-metode-pembelajaran_18.html] diakses pada 09 Desember 2015.
Diah. 2012. Model Pembelajaran Role Playing. Serial Online. [http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/model-pembelajaran-role-playing.html] diakses pada 09 Desember 2015.
Sari. 2015. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran. Serial Online. [https://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-role-playing-atau-bermain-peran/] diakses pada 09 Desember 2015.
Arasitomorang. 2013. Kejujuran Dalam Berbangsa Dan Bernegara. Serial Online. [http://www.kompasiana.com/arasitumorang/kejujuran-dalam-berbangsa-dan-bernegara_5528eb20f17e61601e8b4590] diakses pada 28 Desember 2015.









0 comments:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com