PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang masalah
Merujuk pada sebuah pepatah yang menyatakan “Kejujuran bagaikan emas
permata bagi kehidupan”, maka menanamkan sikap jujur pada setiap anak/individu
adalah mutlak diperlukan. Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
maupun dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bila suatu
keluarga, lembaga, organisasi bahkan Negara sekalipun bila dihiasi perilaku
jujur oleh para anggotanya/warganya maka akan menghasilkan suatu kehidupan yang
aman, tentram, adil dan endingnya tercipta suatu kehidupan yang sejahtera
bahagia untuk semuanya.
Jika kita semua berprilaku jujur maka akan menjadikan kita sebagai manusia
yang amanah baik “amanatum minallah” ataupun amanatum minannas
juga akan menghapus atau paling tidak mengurangi prasangka buruk diantara kita
baik sebagai bagian dari kehidupan keluarga, lembaga sosial, organisasi
maupun sebagai bagian kehidupan berbangsa dan bernegara. Berkata tentang
kejujuran memang mudah tapi berperilaku jujur memerlukan adanya suatu proses
panjang. Perlu adanya proses internalisasi yang berkesinambungan. Berbagai cara
dan upaya telah dilakukan untuk menanamkan sikap jujur, baik oleh lembaga
keluarga, pemerintah maupun lembaga masyarakat.
Salah satu cara yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan diterapkannya
kantin kejujuran di lembaga-lembaga sekolah. Kantin kejujuran tersebut
bertujuan untuk melatih kejujuran para siswa dalam membayar makanan yang mereka
ambil, yang kemudian hal ini menjadi salah satu indikator dalam menilai
kejujuran dari siswa sekolah. Kejujuran yang telah ditanamkan sejak dini tentu
saja akan berpengaruh pada kehidupan dewasa para siswa tersebut.
Diharapkan kedepannya mereka tetap menjunjung tinggi kejujuran, sehingga terhindar
dari tindakan korupsi. Telah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia telah
lama dilanda krisis moral yang mengakibatkan kebohongan menjadi hal biasa,
termasuk pemerintahan Indonesia dalam melakukan korupsi.
Korupsi memang dari dulu hingga sekarang menjadi musuh terbesar dalam
kehidupan di Indonesia, terutama kehidupan pemerintahan di Indonesia.
Salah satu cara untuk mengurangi tindakan korupsi bagi generasi muda Indonesia,
maka salah satunya dapat dengan menggunakan media pembelajaran role playing.
Sebagai contoh dari role playing yang mudah untuk dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi siswa SD yang merupakan
obyek karya tulis ini adalah dengan tema kantin kejujuran.
Di dalam role playing ini para siswa SD, akan bermain peran (drama)
dengan mengusung tema kantin kejujuran. Dalam drama tersebut,
nilai-nilai kejujuran dan kontrol diri menjadi fokus dan inti cerita dari role
playing ini. Selain itu, diharapkan agar para siswa dapat memahami
secara utuh dan mendalam akan arti pentingnya kejujuran dalam kehidupan
sehari-hari, melalui pesan tersirat yang ada di dalam role playing.
Diharapkan, di masa yang akan datang melalui media pembelajaran role
playing dengan tema Kantin Kejujuran ini akan lebih efektif dan efisien
dalam pembentukan karakter (sikap dan perilaku) siswa sebagai generasi
penerus dan pengganti para generasi sekarang yang sedang memimpin menjalankan
tugas kelembagaan baik dalam lingkup lembaga keluarga, lembaga pemerintah
maupun lembaga sosial masyarakat khususnya sikap anti korupsi.
1.2 Rumusan
Masa
1. Bagaimanakah penanaman nilai kejujuran
dalam pembelajaran PKn melalui metode role playing pada siswa Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penanaman
nilai kejujuran dalam pembelajaran PKn
melalui metode role playing pada siswa Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata
dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah
orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan maupun
perbuatan. Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan jujur
apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah
dan menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan,
termasuk isyarat tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa
termasuk bagian dari ungkapan kejujuran.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan
kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada,
maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan dusta. Kejujuran
itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang
melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya. Seorang
yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia
telah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di
dalam batinnya).
Ada 3 tingkatan kejujuran diantaranya:
1)
Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
2)
Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
3) Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan
perbuatan semuanya hanya untuk Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita
melihat bahkan juga ikut terlibat dalam berbagai macam bentuk aktivitas
interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi dari sikap tidak
jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: dapat kita lihat pada
kegiatan belajar disekolah. Siswa yang duduk dibangku sekolah dasar, sering
mengalami kesulitan dalam menerapkan sikap jujur ketika proses belajar
berlangsung. Terkadang mereka terlihat bertingkah laku dengan jujur, tapi tanpa
kita sadari ketika materi yang diberikan oleh guru bidang studi belum dapat
dipahami, mereka menyembunyikan hal itu. Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka
telah memahami materi tersebut. Hal ini dengan sendirinya akan mengajak mereka
untuk berbuat tidak jujur terhadap mata pelajaran yang mereka pelajari.
2.2
Metode Role Playing
Metode Role
playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan
sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Role Playing sering
kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan
dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri
Syamsu, 2000).
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu
bergantung kepada apa yang diperankan.
2.2.1 Tujuan
pembelajaran Role Playing.
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk:
(a) Menerangkan suatu
peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena
akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak
(b) Melatih anak-anak agar
mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis
(c) Melatih anak-anak agar
mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain
beserta masalahnya.
2.2.2 Manfaat
Metode Role Playing
Manfaat
yang dapat diambil dari role playing adalah:
1) Role playing dapat memberikan semacam hidden practise,
dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang
telah dan sedang mereka pelajari.
2) Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup
banyak, cocok untuk kelas besar.
3) Role playing dapat memberikan murid kesenangan karena
role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa
senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita
antarkan dunia kita (Bobby DePorter,2000:12)
2.2.3 Kelebihan
dan Kekurangan Role Playing
A. Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi,
mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa
juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu,
kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara
utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat
digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui
pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk
dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas
menjadi dinamis dan penuh antusias.
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri
siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan
mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan
penghayatan siswa sendiri.
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional
siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
B. Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang
tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan
kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam
prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan
terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1) Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif
panjang/banyak.
2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi
dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa
malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu.
4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran
mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
2.3
Penanaman nilai Kejujuran Melalui Metode Role Playing
Dengan
mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan
pembelajaran bermain peran (Role Playing) meliputi:
- Menghangatkan
suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan
suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah
pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih
banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik pada masalah
karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling menentukan
keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh minat
dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
- Memilih
peran
Memilih peran
dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai
watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa
yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan
secara sukarela untuk menjadi pemeran.
- Menyusun
tahap-tahap peran
Menyusun
tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan
yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para
peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
- Menyiapkan
pengamat
Menyiapkan
pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam
cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan
menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
- Pemeranan
Pada tahap ini
para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran
masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa
cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada
kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari
telah mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan
bermain peran dihentikan.
- Diskusi
dan evaluasi
Diskusi akan
mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam bermain peran,
baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan sebuah
pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi.
- Pemeranan
ulang
Pemeranan ulang,
dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan.
Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan
adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran
akan mempengaruhi peran lainnya.
- Diskusi
dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan
evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti pada tahap
enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan pemecahan
masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
- Membagi pengalaman dan
mengambil kesimpulan
Pada tahap ini
para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan
dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik
dapat diungkap atau muncul secara spontan.
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’
dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Model ini
dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan
moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini digunakan
pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral
dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki
keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu
individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya
memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada
dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam
menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui
cara-cara yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.
Pembelajaran metode Role playing adalah menanamkan nilai kejujuran
dan kontrol sosial dalam pembelajaran ini. Pada Pembelajaran ini anak-anak usia
sekolah dasar dikenalkan apa itu kejujuran dan kontrol diri. Pengenalan itu
berupa apa arti kejujuran, kemudian kalau tidak jujur akan mendapatkan sanksi.
Sanksi ini dikenalkan dari pengadilan dan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari
pengenalan itu siswa akan paham tentang kejujuran dan kontrol diri.
Guru harus menjelaskan dulu teknik metode ini secara jelas kepada siswa
yang akan melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik atau
pokok bahasan yang komprehensif yang dapat didramatisasikan. Melalui latihan yang baik dan teratur, pokok bahasan
ini dapat dilakonkan di muka kelas. Dengan cara ini, minat dan perhatian murid
terhadap pelajaran yang terlalu kaku dan menjemukan, dapat disegarkan kembali
melalui metode ini. Dalam pembelajaran ini, metode Role Playing difokuskan pada
tema “ kantin Kejujuran”. Alasan mengapa
memilih penerapan Role Playing ini karena banyak sekali keuntungan menurut
Cheppy H.C. (1980:124-125) dari penggunaan metode Role Playing untuk :
1) Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan
merasakan apa yang dirasakan orang lain.
2) Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara
realistis.
3) Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak
didik.
4) Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
5) Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
6) Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
7) Memberanikan anak didik berhubungan dengan
masalah-masalah kontroversial dengan cara yang realistis.
8) Berguna untuk mengubah sikap.
Dari dasar tersebut dalam pembentukan karakter kejujuran dan kontrol diri
dapat mengkombinasikan penggunaan Penerapan Metode Role playing. Kenapa memilih
memerankan “ Kantin Kejujuran?” Dalam hal ini alasan mengapa memilih kantin
kejujuran adalah pembelajaran kejujuran. Kantin kejujuran adalah berjualan
barang-barang namun di dalam tempat itu tidak dijaga oleh penjaga dan proses
pembayaran dilakukan tanpa pengawasan orang lain. Maka jelas yang menjadi point
utama adalah kejujuran dan kontrol diri.
Memilih tema “kantin kejujuran “sebagai tema untuk metode Role Playing,
karena tema drama ini sangat mudah di visualisasikan, penulis menentukan tema
ini dengan pertimbangan tema ini cocok untuk usia sekolah dasar. Dalam
drama “kantin kejujuran” ini siswa dikondisikan sebagai pembeli dan
penjual. Penjual hanya menitipkan barang dagangannya di kantin tersebut dan
menyediakan tempat untuk meletakkan uang. Pembeli membayar sesuai dengan barang
yang dibeli. Namun dalam cerita ini ada penyimpangan-pennyimpangan yaitu siswa
banyak yang tidak membayar. Akibatnya penjual tersebut mengalami kerugian dan
pembelinya yang tidak jujur di laporkan kepada kepala sekolah sebagai pihak
yang paling bertanggungjawab di sekolah.
Dari penjabaran singkat cerita ini bisa diibaratkan bahwa siapa yang tidak
jujur dan tidak memiliki sikap kontrol diri yang kuat akan mendapatkan hukuman
berupa dari pihak berwajib dan nama baiknya menjadi jelek serta dijauhi oleh
teman karena orang tidak jujur dan tukang maling pasti dijauhi karena takut
dimaling. Kemudian bisa diibaratkan juga orang yang berjualan itu ialah uang
fasilitas negara atau fasilitas umum dimana ketika kita ingin mendapatkan
fasilitas itu perlu membayar. Namun kalau tidak membayar atau menggunakan
fasilitas itu dengan atas nama pribadi, itu sama saja korupsi yang
dilakukan oleh elit politik kita.
Jadi dalam makalah ini menitik beratkan bahwa pendidikan anti korupsi dapat
dilakukan dengan pembelajaran tentang kejujuran dan kontrol diri. Dua
karakter ini merupakan pokok karakter yang menjadi pengontrol hawa nafsu kita
untuk tidak korupsi. Elit politik melakukan korupsi karena kontrol diri yang
lemah dan adanya kesempatan untuk melakukan hal tersebut. Kotrol diri dapat
dialtih dengan cara penanaman karakter jujur dan kontrol diri. Penanaman
karakter ini juga dapat digali dari penerapan metode pembelajran yang siswa itu
berperan aktiv dalam penanaman karakter. Maka dengan metode Role playing atau
dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut otomatis dengan
dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter jujur lewat
penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “ tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanaman
nilai kejujuran dalam pembelajaran pkn melalui metode role playing pada siswa
sekolah dasar dilakukan dengan lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Model ini dirancang khususnya
untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan
pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini digunakan pula untuk
membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan
sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki
keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba membantu
individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya
memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada
dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam
menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui
cara-cara yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.
Maka dengan metode Role playing atau
dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut otomatis dengan
dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter jujur lewat
penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “ .
3.2 Saran
Model pembelajaran role
playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk digunakan dalam rangka
pembelajaran PKn bagi peserta didik. Selain itu, model pembelajaran ini bisa
digunakan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat menggunakan
model pembelajaran role playing ini sebagai model pembelajaran alternatif yang
layak dikembangkan untuk mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Maulida, Hilda. 2015. Menumbuhkan Nilai-Nilai
Kejujuran Siswa. Serial Online.
[http://maulidahilda.blogspot.co.id/2015/06/menumbuhkannilai-nilai-kejujuran-siswa.html?m=1]
diakses pada 09 Desember 2015.
Kyeopta,
Nunung. 2012. Penerapan Role Playing
Dengan Tema Kantin Kejujuran. Serial Online. [http://nunung-kyeopta.blogspot.co.id/2012/05/role-playing-kantin-kejujuran-sebagai.html]
diakses pada 09 Desember 2015.
Hidayat, Arif. 2013. Role Playing Metode
Pembelajaran Inovatif. Serial Online. [http://basicartikel.blogspot.co.id/2013/06/role-playing-metode-pembelajaran_18.html] diakses pada 09
Desember 2015.
Diah. 2012. Model Pembelajaran Role Playing. Serial
Online.
[http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/04/model-pembelajaran-role-playing.html]
diakses pada 09 Desember 2015.
Sari. 2015. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role
Playing Atau Bermain Peran. Serial Online.
[https://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/11/21/langkah-langkah-model-pembelajaran-role-playing-atau-bermain-peran/]
diakses pada 09 Desember 2015.
Arasitomorang. 2013. Kejujuran Dalam Berbangsa Dan
Bernegara. Serial Online. [http://www.kompasiana.com/arasitumorang/kejujuran-dalam-berbangsa-dan-bernegara_5528eb20f17e61601e8b4590]
diakses pada 28 Desember 2015.
0 comments:
Post a Comment