Wednesday, April 6, 2016

konsep dasar perkembangan belajar peserta didik


BAB 1
PEMBAHASAN

1.1  Pengertian Perkembangan
A  Perkembangan Menurut Para Ahli
E. B. Hurlock
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman, dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif
Santrock ussen (1992)
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
Kasiram (1983 : 23)
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa perkembangan merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya. 
Gut Windarsih dan Rohana Kusumawati
Perkembangan merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasa bersifat kualitatif.
Nagel (1957)
Perkembangan merupakan pengertian dimana stuktur yang terorganisasi dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan stuktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.     
Spiker (1966)
Perkembangan berhubungan dengan dua hal yaitu:
a. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
b. Filogenetik, yakni perkembangan asal-usul manusia sampai sekarang ini.


B.  Perkembangan Secara Umum
Perkembangan dapat diartikan sebagai “Suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (jasmaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.”

Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, berkesinambungan adalah :
a. Sistematis, artinya perubahan dalam perkembangan saling ketergantungan dan saling mempengaruhi,
b.  Progresif, artinya perubahan yang bersifat maju, meluas, mendalam, meningkat baik secara kualitatif (fisik) dan kuantitatif (psikis),
c.     Berkesinambungan, artinya perubahan yang terjadi pada setiap individu terjadi secara berurutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi (fisik ataupun psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Dalam  menumbuhkembangkan kualitas peserta didik, yang perlu dilakukan oleh tenaga pendidik adalah mengenali peserta didik dengan sebaik-baiknya. Mengenali disini diartikan seperti mengenal psikolog anak, bagaimana pribadi si anak, dan bagaimana cara menghadapi watak atau karakteristik anak yang berbeda-beda. Dengan mengenali karakter si anak, maka pendidik akan lebih mudah dalam  menyampaikan  materi ajar pada si anak. Sehingga anak akan lebih mudah menerima apa yang disampaikan oleh Gurunya. ·  

1.2  Pengertian Belajar         
Cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan Perubahan  perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Menurut Delors (Unesco,1996) konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu :
1.     Learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan penegtahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang – peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia
2.    Learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal
3.     Learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi
4.       Learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasam dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau/ majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari pada nilai – nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.

1.3     Pengertian Peserta Didik
       Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6 -12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
    Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting Anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga pengertian. Ketiga pengertian itu mencakup, pertama, peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah, dll). Ketiga, peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.
     Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik adalah mahluk  totalitas “homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan:
a.   Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan  alam lingkungan sekitarnya
b.    Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia.
c.  Makhluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain.
            Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.

1.4     Prinsip – Prinsip Perkembangan
     Anak sebagai individu mengalami perkembangan yang tak pernah henti-hentinya. Pemahaman yang baik tentang perkembangan anak, akan membantu pendidik untuk memberi perlakuan yang benar kepada anak – anak. Di dalam perkembangan tersebut terdapat berbagai aturan-aturan tertentu yang disebut dengan prinsip-prinsip perkembangan. Berbagai prinsip – prinsip perkembangan tersebut tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.      Perkembangan Melibatkan Perubahan.
Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga dengan pertumbuhan. Peserta didik tidak hanya menjadi bertambah besar secara fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak akan meningkat. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan pola pikir peserta didik, sifat dan karakter. Perubahan dalam perkembagan terjadi karena adanya dorongan ddalam diri individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk merealisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan ukuran dan proporsi, akan terjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan muncul ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh rambut baru,kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.
2.      Perkembangan Awal Lebih Kritis Daripada Perkembangan Selanjutnya.
Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hidupnya. Pada tahun awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada disekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain :
a.       Hubungan antarpribadi terutama dengan anggota keluarga,
b.      Keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain,
c.       Cara atau pola mengasuh anak,
d.      Latar belakang keluarga serta rangsangan yang diberikan.
Misalnya, Anak yang kelahirannya tidak diharapkan akan mempengaruhi sikap ibu dan anggota keluarga lain untuk tidak terlalu peduli, kurang memberikan kasih sayang, dll. Hal ini membuat anak merasa diabaikan, tidak diperlukan, tidak dikasihi, yang dapat berakibat lebih lanjut bagi perilaku anak untuk melakukan kegiatan yang dapat menarik perhatian orang lain atau sebaliknya anak akan menjadi pendiam dan menarik diri. 
3.      Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar.
Stern, memadukan teori Naturaisme dan Empirisme. Menurut teori Naturlisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam (nature), bakat, pembawaan, keturunan seorang termasuk di dalamnya kematangan seseorang. Sementara itu, teori Empiris berpendapat bahwa perkembangan seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan tumbuh kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar anak.
4.      Faktor pembawaan maupun lingkungan.
Faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dinedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Keduannya saling berinteraksi dan mempengaruhi. Seorang anak yang mempunyai bakat musik, misalnya, perkembangan bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak optimal apabila tidak mendapatkan kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta didik yang sudah ada/dibawa sejak lahir akan berkembang optimal, apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan sarana dan prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
5.      Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan.
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis anak, mislanya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar keluar dari titik sentral tubuh keanggota-anggota tubuh serta menyebar keseluruh tubuh, dari kepala ke keki. Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
6.      Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu.
Pola Perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungna, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/persepsi anak semakin khusus dan terperinci.
7.      Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan.
Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula, ada hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
8.    Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan.
Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang  unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal sex atau jenis kelamin, faktor keturunan, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Dengan mengetahui adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu akan memiliki kemampuan perkembangan yang sama. Dan kita tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. Maksudnya, pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta kelemahan setiap individu anak. Dengan pendidikan dan perlakuan yang demikian, diharapkan setiap anak dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya. 
9.    Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus.
Setiap anak/peserta didik merupakn individu yang berbeda, yang harus diperlakukan berbeda dengan individual. Namun demikian, pada perkembangan secara keseluruhan dan juga setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkemabangan anak dengan optimal.
10.  Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda.
Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal-akhir), periode remaja, periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut).



1.5   Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia SD/MI
a.       Karakteristik Perkembangan Masa Anak Awal (2-6)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial dan harapan untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.
Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan mengundang masalah. Mengapa? karena pada masa ini anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua atau orang dewasa lainnya. Penyebabnya adalah  mulai berkurangnya ketergantungan anak dibandingkan dengan masa bayi sebelumnya.
Selain sebutan usia sulit dan bermasalah, orang tua juga menganggap masa anak awal sebagai usia bermain karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain. Sementara itu, para pendidik menyebut masa anak awal sebagai usia prasekolah, dimana anak mulai dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA). Kemudian mereka memasuki kelompok bermain. Terakhir, mereka memasuki taman Kanak-kanak (TK) yang menekankan pada kegiatan bermain dalam pendidikan dan pembelajarannya untuk membantu perkembangan mereka melalui belajar sambil bermain (learning by playing). Pada masa prasekolah ini, anak dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan yang akan diselenggarkan di sekolah formal (SD).Para psikolog perkembangan anak menyebutnya sebagai usia meniru karena anak senang belajar dengan  meniru, terutama menirukan pembicarakan tindakan orang lain.  Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat. Demikian juga kemampuan berbicaranya. Emosi yang umum pada masa awal anak adalah marah, takut, cemburu, ingin tahu, gembira, sedih dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa awal anak terjadi melalui interaksi dengan orang-orang yang ada disekitar anak, yaitu anggota keluarga dan teman bermain. Anak juga belajar perilaku moral (baik-buruk) melalui respon menyenangkan atau tidak menyenangkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Disiplin mulai dapat diterapkan pada anak sehinggan anak dapat mulai belajar hidup tertib.


b.      Karakteristik Perkembangan Masa Anak Akhir (6-12)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperlihatkan sebutan atau label yang digunakan orang tua, pendidik, maupun psikologi  perkembangan anak. Orang tua menyebutnya masa anak akhir sebagai usia yang menyulitkan karena anak pada masa ini, anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga orang tua menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak memperduliakn penampilannya, mereka cenderung ceroboh, semaunya dan tidak rapi dalam memelihara kamarnya dan barang-barangnya.
Para pendidik memberi sebuatan anak usia sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapakan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupan kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses dan cenderung menetap hingga dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai, dibawah atau dia atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cendrung mengenai semua bidang kehidupan anak, baik dalam bidang akademi maupun lainnya.
Secara singkat, perkembangan pada masa anak akhir meliputi berbagai aspek baik fisik maupun psikis (berbicara, emosi, sosial, dll). Pertumbuhan fisik pada masa akhir berjalan lamabat dan relatif seragam. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan anak, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan dan gizi, serta perbedaan jenis kelamin. Perkembangan bahasa terutama berbicara dan penguasaan kosa kata mengalami peningkatan yang pesat. Pada periode ini mulai dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah seperti kemauan dalam membaca, menulis, menghitung serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan usia dan lingkungan anak SD.Anak pada usia SD senang bermain dalam kelompoknya dengan permainan yang konstruktif dan olahraga. Mereka senang permainan olahraga, menjelajah daerah-daerah baru, mengumpulkan benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti membaca buku atau komik, menonton televisi, dan juga melamun pada nak yang kesepian dan sedikit mempunyai teman bermain.
Pada masa akhir anak ini pun terdapat bahaya potensial, baik secara fisiologis maupun psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, bentuk tubuh yang tidak sesuai, ketidakmampuan fisik, kecanggungan penampilan, sedangkan bahasa psikologis antara lain penyesuaian  sosial karena kurangnya dukungan dan pengakuan dari orang lain dan teman sebaya. Kegiatan dan kepuasan berprestasi di sekolah baik secara akademik maupun non-akademik dapat menjadi sumber kepuasan dan kebahagiaan pada anak.

c.         Karakteristik Perkembangan Pada Masa Puber (11/12-14/15 Tahun)
Masa puber adalah masa suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masaremaja awal. Pada masa puber yanag waktunya relatif singkat (2-4) ini terjadipertumbuha dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan persaan tidak aman pada anak puber.
Perubahan fisik/tubuh anak puber sangat pesat berkenaan dengan perubahan ukuran tubuh (tinggi dan berta badan), proporsi tubuh (perbandingan bagian-bagian tubuh) dan ciri-ciri seks primer (organ-organ reproduksi) dan ciri-ciri seks sekuder (rambut, otot, suara, payudara, dll). Perubahan fisik yang cepat dan  mencolok ini mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku anak puber. Karakteristik anak puber antara lain:
  •  Sikap menarik dan menyendiri.
  •  Merasa bosan melakukan kgiatan permainan pada masa anak.
  • Inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan.
  • Antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering membantah     
   







BAB 2
KESIMPULAN

Dalam pembelajaran perkembangan peserta didik ada tiga kata kunci yang harus dipahami dengan baik yakni : perkembangan, belajar, dan peserta didik.yang dimaksud dengan perkembangan belajar peserta didik adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi melalui proses usaha untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, melalui interaksi individu dengan lingkungannya.
Pemahaman perkembangan peserta didik hendaknya bertolak dari prinsip-prinsip perkembangan itu sendiri yang mencakup : (1) Perkembangan Melibatkan Perubahan, (2) Perkembangan Awal Lebih Kritis Daripada Perkembangan Selanjutnya, (3) Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar, Kenyataannya, (4)  faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang, (5) Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan, (6) Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu, (7) Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan, (8) Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan, (9) Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus, (10) Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda.
            Setiap periode perkembangan anak memiliki karakteristik yang relative berbeda-beda. Periode perkembangan anak awal ditandai dengan ciri-ciri : sulit diatur, dan sering menimbulkan masalah.sejak kecil selalu ingin tahu, suka meniru tingkah laku tokoh/orang lain, dan suka bermain. Masa perkembangan anak akhir ditandai dengan karakteristik : sulit diatur, mudah bertengkar, semaunya sendiri, suka berkelompok, dan bersikap krtis terutama untuk berprestasi di sekolah. Sementara pada fase perkembangan puber memiliki ciri : perubahan fisik yang dialami, emosi tidak stabil/sering berubah-ubah, dan meledak tanpa alasan yang jelas.





DAFTAR PUSTAKA

Buku
Kurnia, Inggridwati, dkk.2007.Perkembangan Belajar Peserta Didik.Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen pendidikan Nasional

Internet
Wawi, Eka. 2013. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan. Serial Online [http://ikawawi.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-perbedaan-pertumbuhan.html] diakses pada 7 Maret 2016.
Eka. 2013. Hakikat Perkembangan Peserta Didik. Serial Online [http://birulangithatiku.blogspot.co.id/2013/03/hakikat-perkembangan-peserta-didik.html] diakses pada 6 Maret 2016.





0 comments:

Post a Comment

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com