BAB 1
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian Perkembangan
A Perkembangan Menurut Para Ahli
E. B.
Hurlock
Perkembangan
merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman, dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif
Santrock
ussen (1992)
Perkembangan
merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan
berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
Kasiram (1983 : 23)
Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda
dari sebelumnya, mengandung arti bahwa perkembangan merupakan perubahan sifat
individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat
sebelumnya.
Gut
Windarsih dan Rohana Kusumawati
Perkembangan
merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasa bersifat kualitatif.
Nagel
(1957)
Perkembangan
merupakan pengertian dimana stuktur yang terorganisasi dan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan stuktur baik
dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Spiker
(1966)
Perkembangan berhubungan dengan dua hal yaitu:
a. Ortogenetik,
yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan
seterusnya sampai dewasa.
b. Filogenetik,
yakni perkembangan asal-usul manusia sampai sekarang ini.
B. Perkembangan
Secara Umum
Perkembangan dapat diartikan sebagai
“Suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik
(jasmaniah) maupun psikis (jasmaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan
yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.”
a. Sistematis,
artinya perubahan dalam perkembangan saling ketergantungan dan saling mempengaruhi,
b. Progresif,
artinya perubahan yang bersifat maju, meluas, mendalam, meningkat baik secara kualitatif (fisik) dan kuantitatif (psikis),
c. Berkesinambungan,
artinya perubahan yang terjadi pada setiap individu terjadi secara berurutan.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa Perkembangan merupakan suatu pola perubahan
secara progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi (fisik ataupun
psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur
dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan
pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Dalam menumbuhkembangkan
kualitas peserta didik, yang perlu dilakukan oleh tenaga pendidik adalah
mengenali peserta didik dengan sebaik-baiknya. Mengenali disini diartikan
seperti mengenal psikolog anak, bagaimana pribadi si anak, dan bagaimana cara
menghadapi watak atau karakteristik anak yang berbeda-beda. Dengan mengenali
karakter si anak, maka pendidik akan lebih mudah dalam menyampaikan materi ajar pada si anak. Sehingga anak akan
lebih mudah menerima apa yang disampaikan oleh Gurunya. ·
1.2 Pengertian
Belajar
Cukup banyak para
ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar
sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar
sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam
interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan
yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Jadi, belajar
pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu,
relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Menurut Delors (Unesco,1996) konsep belajar sepanjang hayat (life long learning)
dan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada
empat pilar pembelajaran yaitu :
1. Learning to
know (belajar
mengetahui) dengan memadukan penegtahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan
untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga
diperoleh keuntungan dari peluang – peluang pendidikan sepanjang hayat yang
tersedia
2. Learning to
do (belajar
berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga
untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan
berbagai kondisi sosial yang informal
3. Learning to
be (belajar
menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan
terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu
bertindak mandiri dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi
4. Learning to live
together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan
untuk dapat hidup bersama dan bekerjasam dengan orang lain dalam masyarakat
global yang semakin pluralistik atau/ majemuk secara damai dan harmonis, yang
didasari pada nilai – nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan
pembangunan berkelanjutan.
1.3
Pengertian
Peserta Didik
Peserta didik dalam
arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang
hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah
(Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah
semua anak yang berada pada rentang usia 6 -12/13 tahun yang sedang berada
dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta didik merupakan subjek yang
menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting
Anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap
peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Menurut Semiawan (1999),
konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga
pengertian. Ketiga pengertian itu mencakup, pertama, peserta didik adalah
mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek
yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam
diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara
suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis
tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu
aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga
terganggu (rewel, cepat marah, dll). Ketiga, peserta didik usia SD/MI berbeda
dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam
keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan,
manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas “homo
trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan:
a. Makhluk religius
yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya
b. Makhluk sosial
yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar
berkembang sebagai manusia.
c. Makhluk
individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan
kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain.
Jadi, dalam mempelajari
dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya
dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai
suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
1.4
Prinsip – Prinsip Perkembangan
Anak
sebagai individu mengalami perkembangan yang tak pernah henti-hentinya. Pemahaman
yang baik tentang perkembangan anak, akan membantu pendidik untuk memberi
perlakuan yang benar kepada anak – anak. Di dalam perkembangan tersebut
terdapat berbagai aturan-aturan tertentu yang disebut dengan prinsip-prinsip
perkembangan. Berbagai prinsip – prinsip perkembangan tersebut tersebut, yaitu
sebagai berikut:
1. Perkembangan
Melibatkan Perubahan.
Berkembang
berarti mengalami perubahan, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga dengan
pertumbuhan. Peserta didik tidak hanya menjadi bertambah besar secara fisik,
tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak akan meningkat. Perubahan
secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan pola pikir peserta didik,
sifat dan karakter. Perubahan dalam perkembagan terjadi karena adanya dorongan
ddalam diri individu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan untuk
merealisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan ukuran
dan proporsi, akan terjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan muncul
ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh rambut
baru,kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara
dan berkomunikasi dengan orang lain.
2.
Perkembangan
Awal Lebih Kritis Daripada Perkembangan Selanjutnya.
Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan
saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan
merupakan landasan bagi pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku
yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak
sepanjang hidupnya. Pada tahun awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan
diri dengan berbagai hal yang ada disekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk
kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal
perkembangan antara lain :
a. Hubungan antarpribadi terutama dengan anggota
keluarga,
b. Keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima
atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain,
c. Cara atau pola mengasuh anak,
d. Latar belakang keluarga serta rangsangan yang
diberikan.
Misalnya, Anak yang
kelahirannya tidak diharapkan akan mempengaruhi sikap ibu dan anggota keluarga
lain untuk tidak terlalu peduli, kurang memberikan kasih sayang, dll. Hal ini
membuat anak merasa diabaikan, tidak diperlukan, tidak dikasihi, yang dapat
berakibat lebih lanjut bagi perilaku anak untuk melakukan kegiatan yang dapat
menarik perhatian orang lain atau sebaliknya anak akan menjadi pendiam dan
menarik diri.
3.
Perkembangan
Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar.
Stern, memadukan teori Naturaisme dan Empirisme. Menurut
teori Naturlisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam
(nature), bakat, pembawaan, keturunan seorang termasuk di dalamnya kematangan
seseorang. Sementara itu, teori Empiris berpendapat bahwa perkembangan
seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan
tumbuh kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar
anak.
4. Faktor pembawaan maupun lingkungan.
Faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi
dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dinedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Keduannya saling
berinteraksi dan mempengaruhi. Seorang anak yang mempunyai bakat musik,
misalnya, perkembangan bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak optimal
apabila tidak mendapatkan kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta
didik yang sudah ada/dibawa sejak lahir akan berkembang optimal, apabila
lingkungan mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan sarana dan
prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
5.
Perkembangan
Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan.
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang
mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing
individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis anak, mislanya, mengikuti
hukum arah perkembangan yang menyebar keluar dari titik sentral tubuh
keanggota-anggota tubuh serta menyebar keseluruh tubuh, dari kepala ke keki. Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar
berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat
berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya
berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat
berjalan.
6.
Pola
Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu.
Pola Perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang
dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu.
Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih
khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungna, anak
mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap
tanggapan/persepsi anak semakin khusus dan terperinci.
7. Perkembangan pun berlangsung secara
berkesinambungan.
Hal
ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya. Demikian pula, ada hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu
perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan
aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial,
dll.
8. Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan.
Adanya
perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu
yang unik, yang satu sama lain berbeda,
kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal sex
atau jenis kelamin, faktor keturunan, juga faktor eksternal seperti faktor
gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Dengan mengetahui adanya perbedaan individu,
maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu akan memiliki
kemampuan perkembangan yang sama. Dan kita tidak dapat memperlakukan semua anak
dengan cara yang sama. Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. Maksudnya,
pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi,
bakat dan kemampuan serta kelemahan setiap individu anak. Dengan pendidikan dan
perlakuan yang demikian, diharapkan setiap anak dapat berkembang optimal sesuai
dengan potensi dirinya.
9. Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik
Khusus.
Setiap
anak/peserta didik merupakn individu yang berbeda, yang harus diperlakukan
berbeda dengan individual. Namun demikian, pada perkembangan secara keseluruhan
dan juga setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita
mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya
dengan tepat dan membantu perkemabangan anak dengan optimal.
10. Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian
periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda.
Salah
satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah
periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal-akhir), periode remaja,
periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut).
1.5
Karakteristik Perkembangan Peserta
Didik Usia SD/MI
a.
Karakteristik
Perkembangan Masa Anak Awal (2-6)
Masa
anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa
bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial
dan harapan untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.
Orang
tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan mengundang masalah.
Mengapa? karena pada masa ini anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian
yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel keras
kepala, kadang
menentang dan melawan orang tua
atau orang dewasa lainnya. Penyebabnya adalah mulai berkurangnya ketergantungan anak dibandingkan
dengan masa
bayi sebelumnya.
Selain
sebutan usia sulit dan bermasalah, orang tua juga menganggap masa anak awal
sebagai usia bermain karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain.
Sementara itu, para pendidik menyebut masa anak awal sebagai usia prasekolah,
dimana anak mulai dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA). Kemudian mereka
memasuki kelompok bermain. Terakhir, mereka memasuki taman Kanak-kanak (TK)
yang menekankan pada kegiatan bermain dalam pendidikan dan pembelajarannya
untuk membantu perkembangan mereka melalui belajar sambil bermain (learning by
playing). Pada masa prasekolah ini, anak dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan
yang akan diselenggarkan di sekolah formal (SD).Para psikolog perkembangan anak
menyebutnya sebagai usia meniru karena anak senang belajar dengan meniru, terutama menirukan pembicarakan
tindakan orang lain. Pada masa ini perkembangan
fisik dan motorik anak sangat pesat. Demikian juga kemampuan berbicaranya.
Emosi yang umum pada masa awal anak adalah marah, takut, cemburu, ingin tahu,
gembira, sedih dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa awal anak terjadi
melalui interaksi dengan orang-orang yang ada disekitar anak, yaitu anggota
keluarga dan teman bermain. Anak juga belajar perilaku moral (baik-buruk)
melalui respon menyenangkan atau tidak menyenangkan dari orang tua atau orang
dewasa lainnya. Disiplin mulai dapat diterapkan pada anak sehinggan anak dapat
mulai belajar hidup tertib.
b.
Karakteristik
Perkembangan Masa Anak Akhir (6-12)
Karakteristik
atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode
masa anak awal dengan memperlihatkan sebutan atau label yang digunakan orang
tua, pendidik, maupun psikologi
perkembangan anak. Orang tua menyebutnya masa anak akhir sebagai usia
yang menyulitkan karena anak pada masa ini, anak lebih banyak dipengaruhi oleh
teman-teman sebaya daripada orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau menuruti
perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini kurang memperhatikan dan
tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga
orang tua menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak memperduliakn penampilannya,
mereka cenderung ceroboh, semaunya dan tidak rapi dalam memelihara kamarnya dan
barang-barangnya.
Para
pendidik memberi sebuatan anak usia sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak
diharapakan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap
penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam
kehidupan kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai usia kritis
dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan pada anak
untuk mencapai sukses dan cenderung menetap hingga dewasa. Apabila anak
mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai, dibawah atau dia
atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cendrung mengenai semua
bidang kehidupan anak, baik dalam bidang akademi maupun lainnya.
Secara
singkat, perkembangan pada masa anak akhir meliputi berbagai aspek baik fisik
maupun psikis (berbicara, emosi, sosial, dll). Pertumbuhan fisik pada masa
akhir berjalan lamabat dan relatif seragam. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi
dan berat badan anak, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan dan gizi,
serta perbedaan jenis kelamin. Perkembangan bahasa terutama berbicara dan
penguasaan kosa kata mengalami peningkatan yang pesat. Pada periode ini mulai
dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah seperti kemauan dalam
membaca, menulis, menghitung serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang
diperlukan sesuai dengan usia dan lingkungan anak SD.Anak pada usia SD senang
bermain dalam kelompoknya dengan permainan yang konstruktif dan olahraga.
Mereka senang permainan olahraga, menjelajah daerah-daerah baru, mengumpulkan
benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti membaca buku atau komik,
menonton televisi, dan juga melamun pada nak yang kesepian dan sedikit
mempunyai teman bermain.
Pada
masa akhir anak ini pun terdapat bahaya potensial, baik secara fisiologis
maupun psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, bentuk tubuh yang
tidak sesuai, ketidakmampuan fisik, kecanggungan penampilan, sedangkan bahasa
psikologis antara lain penyesuaian sosial
karena kurangnya dukungan dan pengakuan dari orang lain dan teman sebaya.
Kegiatan dan kepuasan berprestasi di sekolah baik secara akademik maupun
non-akademik dapat menjadi sumber kepuasan dan kebahagiaan pada anak.
c.
Karakteristik
Perkembangan Pada Masa Puber (11/12-14/15 Tahun)
Masa
puber adalah masa suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan
masaremaja awal. Pada masa puber yanag waktunya relatif singkat (2-4) ini
terjadipertumbuha dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi
tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan persaan tidak aman pada anak puber.
Perubahan
fisik/tubuh anak puber sangat pesat berkenaan dengan perubahan ukuran tubuh
(tinggi dan berta badan), proporsi tubuh (perbandingan bagian-bagian tubuh) dan
ciri-ciri seks primer (organ-organ reproduksi) dan ciri-ciri seks sekuder
(rambut, otot, suara, payudara, dll). Perubahan fisik yang cepat dan mencolok ini mengakibatkan perubahan sikap
dan perilaku anak puber. Karakteristik anak puber antara lain:
- Sikap menarik dan menyendiri.
- Merasa bosan melakukan kgiatan permainan pada masa anak.
- Inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan.
- Antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering membantah
BAB 2
KESIMPULAN
Dalam pembelajaran
perkembangan peserta didik ada tiga kata kunci yang harus dipahami dengan baik
yakni : perkembangan, belajar, dan peserta didik.yang dimaksud dengan
perkembangan belajar peserta didik adalah serangkaian perubahan progresif yang
terjadi melalui proses usaha untuk memperoleh perubahan perilaku yang relative
dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, melalui interaksi individu
dengan lingkungannya.
Pemahaman perkembangan
peserta didik hendaknya bertolak dari prinsip-prinsip perkembangan itu sendiri
yang mencakup : (1) Perkembangan Melibatkan Perubahan, (2) Perkembangan
Awal Lebih Kritis Daripada Perkembangan Selanjutnya, (3) Perkembangan
Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar, Kenyataannya, (4) faktor
pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang, (5) Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat
Diramalkan, (6) Pola Perkembangan
Memiliki Karakteristik Tertentu, (7) Perkembangan
pun berlangsung secara berkesinambungan, (8) Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan, (9) Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik
Khusus,
(10) Para ahli mengemukakan berbagai
macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda.
Setiap periode
perkembangan anak memiliki karakteristik yang relative berbeda-beda. Periode
perkembangan anak awal ditandai dengan ciri-ciri : sulit diatur, dan sering
menimbulkan masalah.sejak kecil selalu ingin tahu, suka meniru tingkah laku
tokoh/orang lain, dan suka bermain. Masa perkembangan anak akhir ditandai dengan
karakteristik : sulit diatur, mudah bertengkar, semaunya sendiri, suka
berkelompok, dan bersikap krtis terutama untuk berprestasi di sekolah.
Sementara pada fase perkembangan puber memiliki ciri : perubahan fisik yang
dialami, emosi tidak stabil/sering berubah-ubah, dan meledak tanpa alasan yang
jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kurnia,
Inggridwati, dkk.2007.Perkembangan
Belajar Peserta Didik.Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen pendidikan Nasional
Internet
Wawi,
Eka. 2013. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan. Serial Online [http://ikawawi.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-perbedaan-pertumbuhan.html] diakses pada 7 Maret 2016.
Eka.
2013. Hakikat Perkembangan Peserta Didik. Serial Online [http://birulangithatiku.blogspot.co.id/2013/03/hakikat-perkembangan-peserta-didik.html]
diakses pada 6 Maret 2016.
0 comments:
Post a Comment